Apa yang terlintas dalam benak kalian bila saya menyebutkan nama gunung "Merbabu"? Indah? Sabana Cantik? atau Super Debu? Ya...ya.. semua itu benar. Akan tetapi satu hal bagi saya untuk menyebut gunung yang satu ini adalah "Rinjani KW Super" (minusnya hanya : ketiadaan danau di Merbabu saja). Kenapa demikian? Ya karena beberapa hal yang dimiliki Rinjani ada di Merbabu. Simak perjalanan tim kami di bawah ini. Secuil kisah yang akan saya torehkan untuk dikenang anak-cucu nanti.
Karekteristik Jalur Wekas
Wekas berada di ketinggian 1650 meter di atas permukaan laut (mdpl) yang terletak di Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Kami mengakses daerah ini via terminal Jombor Yogyakarta menggunakan bus besar jurusan Yogyakarta-Semarang hingga ke Terminal Magelang, kemudian melanjutkan bus berukuran kopaja hingga di Gapura Wekas di pinggiran jalan. Melalui pinggiran jalan menuju basecamp Wekas kami menyewa mobil Elf, karena lebih kurang 2-3 km (lumayan bok kalau jalan kaki, menguras tenaga).
Suasana di Basecamp Wekas sangat saya suka, kalau ingin mandi atau bebersih terlebih dahulu, di sini cukup nyaman. Beberapa warung di sekitar basecamp Wekas menyediakan berbagai jenis perbekalan yang dapat dibawa ke puncak gunung. Biasanya yang sering terlupa oleh saya adalah madu sachet, minuman berperisa cegah sariawan, minuman penambah ion, atau minuman yang dapat diseduh dalam keadaan hangat. Saya lebih memilih makanan cemilan dan minuman yang manis-manis mengandung glukosa saat mendaki karena saya tipikal "makhluk yang makan sedikit, tetapi banyak minum selama di gunung". Hal ini dikarenakan saya kurang suka buang hajat besar di gunung. Biasanya sebelum nanjak saya meng-sugesti pencernaan dan perut saya untuk berkompromi sejenak hingga turun dari pendakian. Ya! Basecamp adalah tempat terakhir untuk tuntasakan segala hajat sebelum memulai pendakian. Coba deh!
Memulai jalur Wekas adalah memulai pendakian dengan kemiringan yang cukup curam. Menurut saya, awal permulaan pendakiannya saja sudah hampir 90 derajat. Saya merasa bersalah mengajak kawan saya yang melakukan pendakian kedua-nya langsung Merbabu via Wekas. Ini salah sob! Yang selalu saya janjikan pada kawan saya sebelumnya adalah : "Kak, view Merbabu keren! Jalurnya landai, tapi panjang, santai koq kak! Kawanku aja dari SMA mulai dakinya, kakak pasti bisa lah..."
Dan ternyata jalur landai nan panjang yang saya bilang woles itu adalah "Jalur Selo", bukan Jalur Wekas. Maafkan daku kak Diul... Hebatnya lagi dari seluruh anggota tim kami ber-sebelas, semua adalah pendaki pertama melalui jalur Wekas. Ajib!
Kira-kira seperti inilah kondisi jalur Wekas, jalanan cukup terjal. Pada awalnya melewati jalanan rapih yang di-cor dan banyak sekali pipa air. Setelah masuk ke dalam hutan, kami banyak berpapasan dengan penduduk yang mencari ranting kayu bakar. Pepohonan di sini tidak lebat, jarang-jarang, namun pepohonan cukup tinggi. Lumayan adem.
Hutannya cukup indah tipikal hutan tropis yang ditumbuhi pepohonan tinggi dan diselingi semak belukar yang juga tinggi. Hingga pos 1 Wekas, kami masih bisa berfoto-foto ala pemain film India. Beberapa tamannya pun cukup bagus.
Kami memulai perjalanan setelah shalat Jum'at, dan tiba di pos 1 sekitar Ashar, dan ternyata kami tiba di pos 2 sekitar pukul jam 8 malam. Kami berjalan dengan kecepatan santai ditambah tragedi dua kawan saya jatuh terkilir.
Saat itu saya menemani kawan perempuan saya yang sudah cukup lelah, hingga akhirnya dia terjatuh. Tidak lama menunggu kawan perempuan saya yang tersandung akar, sweeper kami pun terkilir. Alamak! Ujian banget saya saat itu. Kami tiga orang terakhir dalam kesebelasan kami saat itu. Bimbang dua pilihan :
Setiba di Pos 2, kami menunggu sweeper kami yang dijemput team lainnya. Sehabis itu, kita makan ayam bakar madu di ketinggian.
Suasana di Basecamp Wekas sangat saya suka, kalau ingin mandi atau bebersih terlebih dahulu, di sini cukup nyaman. Beberapa warung di sekitar basecamp Wekas menyediakan berbagai jenis perbekalan yang dapat dibawa ke puncak gunung. Biasanya yang sering terlupa oleh saya adalah madu sachet, minuman berperisa cegah sariawan, minuman penambah ion, atau minuman yang dapat diseduh dalam keadaan hangat. Saya lebih memilih makanan cemilan dan minuman yang manis-manis mengandung glukosa saat mendaki karena saya tipikal "makhluk yang makan sedikit, tetapi banyak minum selama di gunung". Hal ini dikarenakan saya kurang suka buang hajat besar di gunung. Biasanya sebelum nanjak saya meng-sugesti pencernaan dan perut saya untuk berkompromi sejenak hingga turun dari pendakian. Ya! Basecamp adalah tempat terakhir untuk tuntasakan segala hajat sebelum memulai pendakian. Coba deh!
Full Team bersebelas di basecamp Wekas sebelum memulai pendakian |
Memulai jalur Wekas adalah memulai pendakian dengan kemiringan yang cukup curam. Menurut saya, awal permulaan pendakiannya saja sudah hampir 90 derajat. Saya merasa bersalah mengajak kawan saya yang melakukan pendakian kedua-nya langsung Merbabu via Wekas. Ini salah sob! Yang selalu saya janjikan pada kawan saya sebelumnya adalah : "Kak, view Merbabu keren! Jalurnya landai, tapi panjang, santai koq kak! Kawanku aja dari SMA mulai dakinya, kakak pasti bisa lah..."
Dan ternyata jalur landai nan panjang yang saya bilang woles itu adalah "Jalur Selo", bukan Jalur Wekas. Maafkan daku kak Diul... Hebatnya lagi dari seluruh anggota tim kami ber-sebelas, semua adalah pendaki pertama melalui jalur Wekas. Ajib!
Kira-kira seperti inilah kondisi jalur Wekas, jalanan cukup terjal. Pada awalnya melewati jalanan rapih yang di-cor dan banyak sekali pipa air. Setelah masuk ke dalam hutan, kami banyak berpapasan dengan penduduk yang mencari ranting kayu bakar. Pepohonan di sini tidak lebat, jarang-jarang, namun pepohonan cukup tinggi. Lumayan adem.
Hutannya cukup indah tipikal hutan tropis yang ditumbuhi pepohonan tinggi dan diselingi semak belukar yang juga tinggi. Hingga pos 1 Wekas, kami masih bisa berfoto-foto ala pemain film India. Beberapa tamannya pun cukup bagus.
Kami memulai perjalanan setelah shalat Jum'at, dan tiba di pos 1 sekitar Ashar, dan ternyata kami tiba di pos 2 sekitar pukul jam 8 malam. Kami berjalan dengan kecepatan santai ditambah tragedi dua kawan saya jatuh terkilir.
Saat itu saya menemani kawan perempuan saya yang sudah cukup lelah, hingga akhirnya dia terjatuh. Tidak lama menunggu kawan perempuan saya yang tersandung akar, sweeper kami pun terkilir. Alamak! Ujian banget saya saat itu. Kami tiga orang terakhir dalam kesebelasan kami saat itu. Bimbang dua pilihan :
- Meninggalkan sweeper yang kakinya terkilir sambil membopong kawan perempuan yang habis tersandung? atau
- Jalan sendiri dan meninggalkan mereka berdua untuk memanggil bantuan kawan rombongan kami yang kemungkinan sudah tiba di Pos 2.
Akhirnya saya memilih membopong kawan perempuan yang tersandung dan lemas, meninggalkan sweeper yang terkilir. Pertimbangannya, hari sudah mulai gelap, "ya kali eieke memilih jalan seorang diri di saat hari hampir Maghrib? Big No!". Hawa-hawa dingin normal dan tidak normal sudah bercampur-baur, Alhamdulillah masih diberikan rezeki sunset indah di jalur Wekas menuju Pos 2.
Sunset di Jalur Wekas Menuju Pos 2 |
Saat itu bulan September, Sang Purnama sedang bulat penuh, dan ditemani cuaca yang super cerah. Bercumbu dengan alam sekaligus dengan Sang Pencipta alam semesta kala itu adalah suatu kenikmatan yang tak terkira kami dapatkan. "Maka nikmat Tuhan mana yang kau dustakan?".
Keesokan paginya, pemandangan Pos 2 Wekas, sangatlah menarik. Tidak berbeda seperti sunset sore sebelumnya, siluet Sindoro-Sumbing lagi-lagi terlihat jelas dan indah.
Dari Pos 2 wekas ini terdengar jelas suara air terjun. Sayangnya, jalur air terjun tidak sejalan dengan tujuan kami menuju Selo, jadi kami cukup puas hanya mendengarkan suara syahdu gemericik air terjun yang terdengar jelas.
Kalian pasti menebak-nebak apakah gunung Merbabu merupakan gunung berapi atau gunung mati? Ternyata gunung ini merupakan tipikal gunung berapi. Hanya saja diketahui meletus sudah ratusan tahun lalu di tahun 1560 dan 1797 (sumber : wikipedia). Foto di atas, merupakan sisa kawah yang terdahulu sepertinya. Kawah ini saya lewati setelah pos Helipad. Setelah kawah, kami mulai melewati jembatan setan, setelah itu pertigaan menuju puncak Kenteng Songo dan puncak Syarif.
Dari Pos 2 wekas ini terdengar jelas suara air terjun. Sayangnya, jalur air terjun tidak sejalan dengan tujuan kami menuju Selo, jadi kami cukup puas hanya mendengarkan suara syahdu gemericik air terjun yang terdengar jelas.
Siluet Sindoro-Sumbing dari Pos 2 , Wekas-Merbabu. |
Hari ke-2, masih Jalur Wekas- Merbabu, Jembatan Setan
Kalau di hari pertama saya bercerita bahwa kemiringan jalur Wekas yang hampir 90 derajat, dengan diawali jalur dicor, maka di hari ke-dua : Alhamdulillah, jalur semakin curam. Jujur saya semakin ngos-ngosan menelusuri hari kedua ini. Terlebih kami akan melewati jalur yang dinamakan jembatan setan I dan II. Saya tidak tahu persis kenapa namanya agak horor, yang pasti jalur disini sudah tidak ditumbuhi pepohonan nan rindang. Jalur semakin panas dan gersang, bebatuan, dan kanan-kiri jurang (mungkin ini yang dinamakan jembatan setan). Meskipun demikian, di jembatan setan yang kanan kiri berupa jurang, menurut saya jurangnya agak landai (tetapi tetep saja jurang ya? hihi...).
Sebelum sampai kawah dan jembatan setan ini, lagi-lagi saya memilih berjalan bersama sweeper untuk berjaga-jaga. Kejadian kedua yang saya alami dengan 4 orang terakhir adalah kariel logistik yang tiba-tiba terguling masuk jurang. Waktu itu jalanan bertingkat dan bebatuan. Kariel yang terguling tersebut berada di jalur setingkat di atas saya. Kawan saya tidak sadar saat kariel bergerak meluncur ke bawah jurang. Saya yang spontan melihat kariel dan kamera yang akan meluncur jurang, spontan saya tangkap kamera digitalnya saja (kalau saya tangkap kariel logistik khawatir ikut terbawa ke jurang...hihii).
Sesaat sebelum cariel masuk jurang |
Plassh... Pucat pasi-lah kami berlima saling pandang.
Kamera digital tertangkap.
Kariel berisi logistik dan tenda terguling. Glekk.
Segera dua orang sweeper lelaki tersebut mengecek kedalaman jurang. Alhamdulilah, nasib baik berpihak kepada kami. Jurang tersebut memang 90 derajat, namun banyak akar belukar dan ranting, sehingga kariel kami menyangkut dan bisa diselamatkan. Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju jalur terbuka melewati kawah dan Jembatan Setan.
Sekitar kawah Merbabu |
Jalur Sebelum Jembatan Setan |
Nah... Kalian bisa lihat kan? Jalur ini diapit oleh dua lembah yang indah, landai, namun hati-hati, karena kanan-kiri ini sejatinya adalah jurang landai. Kami mulai harus lebih wasapada, meskipun sudah mulai lelah. Jalanan di depan akan lebih mulai mendaki ala-ala spiderman, karena bebatuan semakin merapat dan sempit.
Kira-kira kecuraman di belakang saya (baju orange), seperti itulah yang cukup menguras energi |
Sesungguhnya, cukup Wow jalur Merbabu via Wekas. Setelah sampai melalui Jembatan Setan ini, kami tiba di persimpangan. Simpang ke kiri, yang lebih dekat, menuju Puncak Syarif. Persimpangan ke kanan, menuju Puncak Kenteng Songo berjarak sekitar 45-60 menit. Berhubung Puncak Syarif lebih terjangkau, dan hanya sekitar 10-15 menit saja menuju puncaknya, jadilah kami mampir sebentar ke Puncak Syarif.
View negeri di atas awan, Puncak Syarif, Merbabu 3119 mdpl |
Setiba di Puncak Syarif, kami bingung. Mau apa ya di puncak? Entah kenapa feel di puncak ini tidak seperti puncak-puncak sebelumnya yang kami tuju. Pertama, kami masih harus menggapai dua puncak di seberang sana yang merupakan puncak utama Gunung Merbabu. Kedua, kami rombongan terakhir yang ada di Puncak Syarif, selebihnya sudah tidak ada rombongan setelah kami, dan hari mulai petang.
Hari mulai petang adalah kebimbangan bagi kami.
Melanjutkan perjalanan di hari yang mulai gelap, dengan seluruh anggota membawa berat beban cariel masing-masing? Ataukah kami berhenti untuk mendirikan tenda? Akan tetapi, memilih bertenda di puncak Syarif merupakan suatu hal yang tidak wajar. Tidak ada penghalang apapun di sini, risiko angin dan badai pun sangat besar. Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan melintasi jalur Ondo Rante (yang artinya konon batu yang tersusun).
Melewati Punggungan Ondo Rante
Banyak yang salah menyebut bahwa jalur ini adalah jembatan setan (karena sesungguhnya jalur ini lebih setan dari Jembatan Setan). Okeh sebelum melewati jalur yang ter... (ingin bilang terkutuk tapi khawatir kualat saya), kami mendapatkan keindahan Merbabu yang jarang dinikmati oleh orang normal kebanyakan (ya kali, kami kurang waras memang sepertinya).
Setelah turun dari puncak Syarif, kami melintasi punggungan dan batuan "paling terjal" sepanjang perjalanan lintas Wekas-Selo. Mengapa? Karena kami butuh bantuan ditopang oleh pundak-pundak para lelaki yang bersedia kami injak, karena saking terjalnya. Namun, kami mendapat bonus sunset di jalur curam ini.
Sunset di tepian jalur lintas sebelum jembatan Ondo Rante |
Antre turun tebing, di depan jaket hijau, turunannya tegak lurus. |
Magrib kala itu, kami bersabar. Menunggu antrean menuruni tebing satu persatu. Tidak boleh gegabah, harus dengan ketelitian. Pasalnya kami membawa cariel yang cukup berat, kedua sudah mulai gelap, ketiga, kami butuh bantuan pundak dan kaki para strongman yang akan kami pijak.
Ini Foto di Siang hari Jalur Ondo Rante (sumber : infopendaki.com) |
Foto di atas saya ambil untuk menggambarkan Jembatan Ondo Rante, yang sulit saya deskripsikan, jadi saya mengambil dari sumber lain. Biasanya orang yang melalui jalur Ondo Rante ini tidak membawa cariel. Bisa jadi mereka pendaki yang naik dari jalur Wekas, dan hanya ingin main sebentar ke Puncak Kenteng Songo, atau sebaliknya mereka pendaki yang melalui jalur Selo dan ingin mengunjungi sebentar Puncak Syarif.
Kalian lihat sendiri bukan? Berjalan melipir tanpa beban saja, harus ekstra hati-hati agar tidak tergelincir. Bawahnya langsung jurang yang tidak terlihat dasarnya. Bisakah klean bayangkan? Kami bersebelas mlipir punggungan ini gelap-gelapan sambil membawa beban cariel? Jelas! Warbyasak kawan.
Melipirlah kami dengan berhati-hati dan dikomandani Mas Krisna (salah satu dari 4 arjuna yang mengawal 7 srikandi pada pendakian ini).
Melipirlah kami dengan berhati-hati dan dikomandani Mas Krisna (salah satu dari 4 arjuna yang mengawal 7 srikandi pada pendakian ini).
Mas Kris memberikan aba-aba sambil memberikan bantuan uluran tangan kepada para srikandi ini "Hati-hati ya, licin jalurnya, melipirnya pelan-pelan", kmudian......
"Bruuuukkkk"
Mas Krisna, baru saja berucap hati-hati, namun sepertinya pegangan beliau licin dan terlepas.
Mas Krisna jatuh tengkurap dari ketinggian 3 meter. Diam. Tidak bergerak. Sebagian perempuan yang spontan justru loncat jurang menuju Mas Krisna. Sebagian yang sadar kalau lompat jurang berisiko, memilih bersiaga.
Saya? Termasuk yang sadar jurang di depan. Saya hanya terpaku, dan terdiam dalam doa.
Doa saya yang paling ingin segera terkabul adalah "Mas Krisna, jangan meninggal di sini. Selamatkan Mas Krisna ya Allah", sambil bisa menitikkan air mata dalam kegelapan dan diam, saya menunduk.
Doa saya yang paling ingin segera terkabul adalah "Mas Krisna, jangan meninggal di sini. Selamatkan Mas Krisna ya Allah", sambil bisa menitikkan air mata dalam kegelapan dan diam, saya menunduk.
Alhamdulillah. Antara doa yang terkabul dan takdir. Mas Krisna menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan dan mulai bergerak. Suasana sudah mulai tidak kondusif harus terus bergerak, namun kami harus lebih ekstra hati-hati, mengingat kami belum tiba pada tujuan.
Setelah melipir, kami menggunakan tali webbing untuk memanjat |
Akhirnya kami memutuskan bertenda di Puncak Kenteng Songo |
Entah mengapa perjalanan malam itu yang seharusnya hanya cukup ditempuh dalam waktu satu jam, menjadi lebih lama dari biasanya. Setelah naik menggunakan webbing, jalanan menuju puncak Kenteng Songo semakin ganas. Debu berterbangan mengaburkan pengelihatan kami, ditambah dua tim kami terluka Mas Fiyan yang terkilir dan Mas Krisna yang semakin lelah pasca jatuh di tebing Ondo Rante. Malam itu kami mendirikan tenda di puncak Kenteng Songo. Angin super kencang, hawa super dingin, tapi apa mau dikata. Sepanjang malam saya hanya bisa menggigil. Tenda tidak roboh pun sudah Alhamdulillah. Pilihan mendirikan tenda di puncak Kenteng Songo adalah pilihan terbaik bagi kami yang sudah terkuras energi.
Sunrise Puncak Kenteng Songo
Hingga tak terasa, di sekitar tenda kami mulai ramai dan riuh suara pendaki lainnya. Para pendaki dari bawah jalur Selo sudah mulai naik dan bersiap menyambut fajar. Bonus bagi kami, cuaca hari itu cerah, dan mentari dengan anggun sedikit demi sedikit memancarkan kilau jingga keemasannya.
Di Puncak Kenteng Songo inilah kami merasakan indahnya puncak Merbabu yang sesungguhnya. |
View di depan tenda kami, langsung menghadap Merapi, yang tak pernah ingkar janji (#eh...) |
Ketika Mentari dan Rembulan terlihat bersamaan |
Mereka Berfoto pada Puncak Triangulasi |
Akan tetapi yang paling mengagumkan adalah melihat kegagahan Gunung Merapi fullscreen dari dekat adalah yang paling mengagumkan. Oh ya, satu puncak lagi di atas puncak Kenteng Songo adalah puncak Triangulasi di ketinggian 3.169 mdpl.
Ada yang sudah berhasil menemukan kesembilan kenteng? |
Jalur Selo, yang landai nan Indah
Turun pendakian melalui jalur Selo, setelah menghadapi jalur Wekas, adalah sebuah kemanjaan yang hQQ. Kami seolah dituntun turun ditemani Sang Gagah Merapi yang sangat ramah, dengan dikelilingi padang rumput sabana kuning kehijauan.
Kapas-kapas tipis ini, sungguh membuat saya enggan beranjak dari spot ini. |
Sabana di Selo, sangat mengingatkan kerinduan pada Rinjani |
Yup, di spot inilah saya merasakan keindahan Merbabu tidak kalah dengan Rinjani. Bahkan sabana di sini lebih luas untuk dipijak dan dipakai untuk bertenda. Rasa Rinjani KW-Super komplit sudah, jalur yang cukup mendebarkan, perjalanan melintasi dua puncak (Puncak Syarif dan Puncak Kenteng Songo) dengan membawa-bawa cariel, ditambah bonus cantik sabana super luas yang dapat dipijak.
Diakhiri dengan debu melimpah Jalur Selo
Kami pikir, sudah selesai perjuangan dengan jalur yang menguras energi. Ternyata, masih tersisa satu jalur lagi, yakni jalur berdebu. Debu di jalur Selo menurut saya cukup parah, karena butirannya sangat halus dan partikelnya sangat ringan. Hal ini menyebabkan siapapun yang berjalan, dipastikan debu beterbangan. Di sinilah kekuatan kami diuji kembali. Siapapun yang berjalan harus berhati-hati. Namun, saya sangat menikmatinya. Ada sedikit tips jika kalian sudah mulai jenuh dan bosan dengan jalur. Tipsnya adalah berjalanlah dengan zig-zag. Meskipun terkesan lebih jauh, dengan berjalan zig-zag dapat mebuat pikiran kita tidak jenuh, dan tetap semangat melalui jalur yang mulai melelahkan.
Kapten, sang penyemangat. |
Mas Fiyan dan Mas Krisna yang mengalami cedera, namun tetap berhasil menyelesaikan pendakian dengan tabah. |
Yeay! Lagi-lagi saya the last three. Bersama Mas Fiyan dan Mas Krisna di akhir jalur pendakian Selo. Mereka dua orang yang mengalami cedera, namun tetap kuat dan tabah untuk terus melanjutkan perjalanan. Sungguh pendakian Merbabu saya kali ini sangat sulit terlupakan. Medan yang berat, ditambah adanya anggota team kami yang cedera merupakan suatu cobaan, yang jika dihadapi dengan bersama, cobaan tersebut terasa lebih ringan.
Jadi gaes... Jika kamu ingin mencoba jalur-jalur di atas, pastikan, mendakilah saat cuaca bagus. Bayangkan cuaca bagus saja, kami harus konsentrasi terhadap jalur. Jika ditambah cuaca buruk, dipastikan konsentrasi dan energi yang dibutuhkan harus lebih ekstra dan berlipat. Kecuali, kamu memang memiliki jiwa petarung yang tinggi. Bertarung dengan keputus-asaan diri sendiri... #haishh
Kalo nanjak via wekas, bisa sekalian mampir ke andong tuh ka...
ReplyDeleteGya Gan turun Selo bro... Hokay.. catet..
DeleteAndong nda terlalu tinggi lah ya..klo mw hiking cantik bisa jd alternatif
beugh. taun 2014 nih tolong di infokan. hahahaha. pendakian yang pernah bikin gue bilang, "gue nggak mau naik gunung lagi", waktu malem kita sampe di kenteng songo. terhibur dikit sama lampu-lampu di kejauhan, abis itu dingin dan dihajar angin.
ReplyDeletebesok pagi liat sunrise udah lupa sama penyesalan semalam, dua minggu kemudian mainan baday di sumbing. mecem ape taun 2014 ituuu... taun yang keceeeehhhh!!!
dan gue kangen nanjak kan jadinya...
Bwahahahaaa...😳😳😳
DeleteTahun lalu saya naik Gunung Merbabu via Sedilo, memang benar sangat indah sekali pemandangan di sepanjang pendakian.
ReplyDeleteSedilo? Or Selo nih maksutnya bang? Naik - turunnjalur yang sama yah?
DeleteHmmm ... Double tuh indahnya..
Maaf typo , Selo maksudnya. iya ka betul banget
Deletendariii, akhirnya nulis merbabu juga ya.
ReplyDeletebaca tulisanmu berasa nostalgia sama jalur wekas, itu ondo rante emang bener-bener bikin deg-degan ya, serasa jadi spiderman.
nggak kebayang paniknya saat temenmu jatuh ><
hebat ndari dan tim!
Sesungguhnya akupun khawatir sekali waktu itu Lis..
DeleteThanks ya..sudah membuatku menunaikan menulis sejarah singkat ini..#halah
Iyaah.. my team is dabest.. kamu pasti jatuh cinta kalau mengenal mereka
Wah, ini seru banget deh cerita pendakiannya. Ikut deg-degan pas bagian ada yg jatuh dari ketinggian 3 meter atau pas kariel terperosok. Eh itu pas terperosoknya lagi ditaruh apa gimana sih?
ReplyDeleteCarielnya terperosok pas ditaro..
DeleteTrus kita foto buat mood booster.. eh dya terguling2 gitu..👻
Duhh pengen banget naik gunung merbabu tapi belum kesampean juga.. belum pernah ada yang ngajak naik gunung sih tepatnya.. jadi saya masih cupu kalau ke gunung. KArena belum pernah naik gunung, alternatifnya pergi ke Gunung Agung yang deket senen itu aja ...
ReplyDeleteHmmm klo ga dicari yg mw nanjak, sepertinya ga ada yg tau klo mas Budi sedang cari temen bareng mas...
DeleteJadi mencarilah, agar kau menemukan teman yg kau cari dalam proses pencarian..
#ngomongapasihgue
Ini pengalaman gak bakal lupa deh...
ReplyDeleteYup ga akan dech...
DeleteSelain anak Bapak Ibuk, telah diketahui bahwasanya kak ndari dan kak zaoza adalah anak gunung yha
ReplyDeleteHeuuu aku anak bapak ibuk tulen koq Kart.. selebihnya aku flexible koq orangnya...😹
DeleteWah merbabu. Jadi kangen nanjak.
ReplyDeleteKarna Merbabu salah satu gunung yang... Klo balik lagi ndak akan bosen ya kak Ren?
DeleteMantap..
ReplyDeleteEmang bener y klo naik gunung itu adalah tentang mengalahkan diri sendiri..
Yes bang Den, mengalahkan ego sendiri,,,karena kita team..
DeleteTapi ga cuman naik gunung aja..dlm hidup musuh terbesar sejatinya memang diri kita sendiri...
Kalo qt kurang bisa counter,, kadang kewalahan #jdTsurhatz
Pemandangannya keren, jalurnya juga, semangat kakak...
ReplyDeletelumayan kak Airin
DeleteKeren para walang-walang tangguh. walang = wanita petualang
ReplyDeleteeh koq jadi kebayang belalang sik akuh
DeleteIni bisa nyaingin ceritanya 5 cm klo dibuat film
ReplyDeletewiww ku tidak terpikir... boleh ini Bang klo difilmkan,, cari produser yang mau ngangkat dulu apah?
DeleteAtau... dibukukan? #masihtahapmenghayal
Asik bgt merbabu yakk, belum kesampean kesana
ReplyDeleteAsyik donk bang Tengku... Merbabu itu,, indah-indah manja gimanaaaa gitu karakter gunungnya...
Deletelafff banget sama kakak ini. semua gunung disambangi
ReplyDeleteIhh aamiin lah klo bisa semua Gunung mah...aku baru fokus ke gunung2 cantik mas Achie
DeletePemandangannya keren banget, foto-fotonya kece dan sunrisenya keren banget itu
ReplyDeleteIya Antin Merbabu kece pisan euy..
DeleteAllahu akbaaaaar pemandangannya cakep-cakeeeeep... tapi treknya juga luar biasa mencabar yaaa... Entah kapan lah ini bisa naik gunung di Jawa lagi. :(
ReplyDeleteIya bang Ocit, subhanallah banget viewnya, serasa di negeri dongeng.
DeleteSemoga segera ya Bang ada kesempatan di lain waktu, makin dewasa emang bener2 mikirin prioritas, jd agak sulit dapat waktu yang cocok yah..?
Seru banget ceritanya Kak.Ahh aku iri berat hehehe
ReplyDeletealhamdulillah seru syekali kak, semoge kesempatannya datang...
Deletesesekali pergilah ke Gunung dengan sahabat, untuk melihat seperti apa dya yang sesungguhnya.. hihiii
Ndarikhaaaaa.. . Kamu hebat sekali nak, dan teteuuup, bareng kembaran ketemu gede Zaoza yah. Noted , klo next punya keberanian mengalahkan merbabu , saya akan pilih lewat selo aja... Hehehe..
ReplyDeleteuy kak Mutiiiiiiiii... hahah padahal udah aku ga sebt lho namanya, kamu masih mengenali wajahnya yak..wkwkkw..
Deleteiya kak, better Selo,, tapi jangan musim ujan, nanti jadi ngaduk dodol jalanan yang berdebunya..
Sungkemlah...
ReplyDeleteTop lintas mrrbabu lewat wekas lg. Next coba lewat cuntel mb. Biar sevent summit merbabu hehe...
Dua kli ke merbabu g pernah lintas, wktu lewat wekas aj ngeglang ke puncaknya. Lelarian sanbil ngetawain muka pucet mereka naik lewat wekas bawa keril wkwk
gyaa aku pucet nya udah di Jalur lintas Ondo Rante mas Nasa, gak mungkin gw balik turun, maju trooss lah...
DeleteBaca ceritanya ikut deg-degan. Selalu salut sama wanita-wanita pendaki gunung. Strong!
ReplyDeleteDuh ka mae,, aku malu padamu aku lebih salut dengan seorang istri yang bikinin nastar pas lebaran atau bikinin teh suaminya tiap pagi.. wkwkwkwk
Delete#jadibaper
Bacanya ikut deg degkan, ikutan berasa capek..tapi seru.
ReplyDeletePhotonya ciamik..saluuuut
Alhamdulillah kak Mut, pemandangannya emang bagus, maaf ya jadi membuatmu lelah..hihii
Deletewow...baru tau Ndari anak gunung, kereeen. Foto2 nya keren dan cantik pemandangannya, pasti puas nanjak merbabu dpt view kayak gtu
ReplyDeleteish aku mah tukang ngintil doang kak Arlind... aku sebenernya anak polos dan lugu kak, bukan anak gunung...
Deletewaa ini pengen bgt kesana.. klo mau kesana aku nanya2 ya kak
ReplyDeleteSiaaapp kak Derus
DeleteMerbabu via wekas, jalur yang menyenangkan sekali ya kak..'private' guide saya pas sampai di puncak sampai bilang, walaupun setiap bulan ke sana dan tidak pernah bosan.
ReplyDeleteuhukk.. ga nolak lah yhaaaa klo sama private guiede tiap bulan mah >_<
DeleteMAU KESANA BANGET SIH!
ReplyDeleteFix BARENG DERUS ajah... #eh
DeleteNdari, keren sekali. Deg-degan bacanya dan ga sabar membaca kalimat selanjutnya. Foto2nya juga indah sekali. Jadi kangen naik gunung #menatap carierl yg berdebu
ReplyDeleteUwotttt ?! Kak Yun punya cariel? Dan suka nanjak...ih sumpah baru tauk
Deleteya Allah... ini racun bangeeettttt... racun seracun racunnnyaaa...
ReplyDeleteSepertinya bisa gitu bang Eka diagendakan pendakian massal warga Kubbu BPJ
DeleteNikmat banget memang itu shalat malam di atas rumput, di bawah langit, diselimuti angin dingin...
ReplyDeleteYashh mbak, subhanallah syahdu banget... Dan salah satu yg bikin aku favorite yha ini, lapaknya Luas, jd bisa solat di luar...
DeleteDi gunung2 lain aku slalu dalam tenda..😍😍😍
Ya Allah, ikut degdegan seru gitu bacanya... Apalagi yang jalur apa tuh yang temenmu jatuh itu, tapi Alhamdulillah selamat ya
ReplyDeleteAlhamdulillah Hay... Iyah itu duniabserasa berhenti berputar pas kejadian.. Alhamdulillah kita diberikan keselamatan sampai turun
DeleteMbak. Kuat berani amat ke Merbabu. Aku cowo jdi pengen kesana.
ReplyDeleteKlo kuat sie,krna persiapan sama dikuat kuatin aja..
DeleteNaik gunung kan ga ad syarat gender..yg penting : team solid, ad yg hisa baca arah + peta, plus SAFETY FIRST, jangan melawan alam...
Smangat ka Yud
Klo kuat sie,krna persiapan sama dikuat kuatin aja..
DeleteNaik gunung kan ga ad syarat gender..yg penting : team solid, ad yg hisa baca arah + peta, plus SAFETY FIRST, jangan melawan alam...
Smangat ka Yud
Yang namanya naik gunung, aku cuma senang lihat foto-foto orang. Kalau ngalamin sendiri ke sana, udah ngeri duluan sama perjuangannya :))
ReplyDeleteIshhh janganlah mbak Cantikquwh.. cukup ke Sikunir udah warbyasa koq.. aku juga bingung koq bisa sampe sana..?
Deletekamu keren sekali, aku naik trun via selo aja kaki udh mau copot rasanya gedar geder g jelas. hha
ReplyDeleteThe power of LOVE kali yaa..yg bikin aku kuat... Laff bgt sama kesyahduan alam semesta..wkwkwk
DeleteKamu keren sekali kak lewat ondo rante bawa keril.. aku ikutan terharuu..
ReplyDeleteAku pas jaman ke merbabu jaman masih kadang2 ujan.. jadi gak kena debu nya jalur selo Alhamdulillah.. tapi kena debunya jalur engkol2an sumbing. Huft hahaha.. ampe berdarah daerah idung aku gara2 gatel terus garuk2 mulu diidung..
Duh Selo kalo ujan jalurnya kayak dodol donk?
DeleteHwaaa sumbing ya? Ku belum pernah, baru Sindoro.,cantik sie Sindoro mah..
Jalur selo mengingatkan daku, pengen kesana lagi
ReplyDeleteIndah bgt kan kak?
Deletemasih ada PR euyy ke Merbabu.. Lintas Swanting - Selo di puncaknya kabut :(
ReplyDeleteKlo gtu coba lintas Wekas-Selo git.. Smoga cerah nanti..wkwkw
DeleteHemm untung2an cuaca si ya..tapi klo ngikutin bulan baik antara Mei-Oktober 80% cerah sie...
Gak pernah naik gunung, pas liat ini jadi mau naik gunung. Tapi takut euy mau naik :(
ReplyDeleteBuat bikin nagih itu mesti dikasih yg ngena dan indah.. Prau atau Sikunir Dieng, bisa bikin ketagihan sama ketinggian nantinya ka Sally
DeleteJalurnya benar-benar ekstrim. Mantap...
ReplyDeleteKurang lebih utk jalur lintas Wekas-Selo seperti itu mas..
DeleteTapi kmarin ngobrol dgn kawan ada yg lebih ramah utk lintas,tapi mutar jauhh
Naek gunung selalu seru dan punya cerita Asyik
ReplyDeleteIya kaka Senior, slalu bilang "Aku kapok ah, ga mw naik gunung lagi" >> pas lagi f Gunung
DeleteBeberapa bulan kemudian... Kangen nanjak 😄😋
Carrier kenapa bisa jatuh ke jurang Ndar?? saat rest yaaa?? Btw Merbabu gunung yang indaaahhh banget. Cuma aku masih ga terima saat ada yang bilang Merbabu cocok untuk pemula. Pas nyoba kesana. alamaaakkkk jalurnyaaa :D
ReplyDeleteGegara selfie!! Keknyan krna berat,,jd bisa berbalik arah sendiri ke arah jurang meskipun sudah disenderin ke Batu
DeleteOh yaa...klo Selo mnurutku cocok2 aja jalurnya santay kek mantay...
DeleteTapi tetap aja, yg namanya ketinggian di atas 3000mdpl,, pemula atau bukan, yg penting latihan fisiknya dikencengin...
Penasaran, Mba Ndari & Mba Zaoza itu pasti soulmate. Karena dimana ada Zaoza disitu ada Mba Ndar, hehe
ReplyDeleteBtw kenapa gunung itu selalu keren terlepas dgn usaha yang gak main2 yang dikerahkan. Sayang sekali aku gak kuat najak2 gitu, hiks
Iyaa mba Ning...baik gunung maupun laut, keduanya punya misteri dan keajaiban tersendiri di dalamnya...
DeleteJadi kepengen naik gunung lagi. Terkahir naik gunung 2016. Kangen..
ReplyDeleteJyee kan... Klo kangen samperin donk..
Deletebacanya deg degan pas ada yg jatuh ke jurang.
ReplyDeletewanita tangguh bgt kamu.
https://helloinez.com
Dicoba kak Inez sekali kali...
Deletehening ikutan?
ReplyDeletetim ini enggak, tapi dya udah ke Merbabu 3 kali balik dengan jalur yang berbeda
Delete#KALAH gue
lintas berarti yaa...wekas-selo with cariel...super kamu ndarikaa...!
ReplyDeleteYo mas Lintas jadinya...super nekat, tapi super safety dan nyaman koq sama teman se team,, jadi ilang khawatirnya
DeleteKalo di bandingkan sama jalur Selo lebih ekstrem mana mba ??
ReplyDeletesaya baru lewat selo dan wekas mas, dan menurut saya Selo itu cukup landai dan seloww...
Delete*maaf baru balas
Wah.. mba hebat yaaa, katanya merbabu memang selalu punya cerita yang tak bisa di lupakan. Kapan kapan ajak aku naik gunung dong mba.
ReplyDeleteDari dulu kepngen banget manjat gunung..
ReplyDeleteNgeliat orang kayaknya enak banget gitu. Apalagi pas udah sampe puncaknya..
Seru banget pasti.
Sukses ya mendaki Merbabu via wekas.... wkwkwkwkkkk.... Itu jalur ane lewat juga via wekas thn 91 naik dengan kondisi musim hujan badai. Turun via Selo langsung tancap gas ngejar thn baru 92 ke jalur Merapi via Selo.
ReplyDeleteDan sungguh pengalaman berkesan jalur wekas (ondo Rante) Merbabu dan pasar Bubrah (setan) jelang puncak Garuda Merapi.